09 February 2011

SUCIKAN LAGI KERUKUNAN ANTARA UMAT BERAGAMA YANG KEMBALI DINODAI

Berita yang saya baca hari ini sungguh mengenaskan. Penyerangan terhadap kelompok Ahmadiyah pada 6 Februari 2011 lalu kembali terjadi. Penyerangan tidak hanya menyebabkan korban materi, tetapi juga korban jiwa. 3 orang jemaat Ahmadiyah meninggal dunia akibat kejadian ini. Sumber dari http://nasional.vivanews.com/news/read/203211-kontras--ada-kelompok-yang-memobilisasi-massa.
Sejak memasuki masa reformasi, kebebasan berekspresi menjadi hal yang wajar di masyarakat. Hal ini merubah berbagai tatanan masyarakat. Salah satu dampaknya adalah timbulnya ekspresi permusuhan suatu kelompok terhadap kelompok lain yang berseberangan. Ekspresi tersebut dimunculkan mulai dari dialog (paling sehat), berdebat keyakinan (yang pastinya tidak menyelesaikan masalah) sampai dengan tindakan anarkis berupa penyerangan terhadap kelompok lawan. Lebih mengenaskan lagi, kejadian anarkis ditimbulkan oleh latar belakang agama dan atau keyakinan yang berbeda.
Pada awalnya, istilah agama berasal dari 2 kata yaitu a berarti tidak dan gama berarti kacau. Oleh karena itu, setiap agama yang ada mengajarkan keharmonisan serta kedamaian dalam hidup. Tidak ada satu agama maupun keyakinan manapun mengajarkan anarkis ataupun permusuhan terhadap kelompok lain. Perlakuan manusiawi pun tetap diberlakukan terhadap lawan yang telah kalah. Pembenaran terhadap tindakan anarkis, atas dasar penegakan ajaran suatu agama, tidak dibenarkan dan tidak berdasarkan nilai agama.
Tindakan anarkis terhadap jamaah Ahmadiyah bertolak belakang dengan semangat harmonisasi keagamaan. Tindakan anarkis ini juga merupakan bentuk penodaan terhadap agama yang dianut penyerang. Selain menimbulkan citra buruk suatu agama, tindakan tersebut seolah-olah dilakukan oleh orang yang tidak beragama. Kalau orang islam bilang seperti tindakan jahilliyah.
Penulis, sebagai muslim (tidak berani bilang muslim taat karena taat atau tidak, sesat atau tidak adalah penilaian-Nya, bukan manusia), merasa perlu melakukan kaji ulang agama masing-masing. Pemaknaan terhadap Al-Qur’an, khususnya tentang keyakinan yang berbeda.
Saat melakukan kegiatan rutin melihat serta membaca perantara pembelajaran islam yang sahih (Al-Qur’an), ternyata Dia telah mengajarkan kepada kita semua bagaimana bersikap terhadap keyakinan yang berbeda. Berikut adalah surah yang penulis baca :
قُلْ يَاأَيُّهَاالْكَافِرُونَ
1. Katakanlah: Wahai orang-orang yang menyangkal kebenaran
لَاأَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ
2. Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah
وَلَاأَنتُمْأَعَابِدُمَاونَعْبُدُ
3. Dan kamu tidak menyembah apa yang aku sembah.
وَلَاأَنَاعَابِدٌمَّاعَبَدتُّمْ
4. Dan aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah
وَلَاأَنتُمْأَعَابِدُمَاونَعْبُدُ
5. Dan kamu pun tidak akan menyembah apa yang aku sembah
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
6. Untukmu agamamu dan untukku agamaku

Penulis meyakini, pemahaman setiap orang berbeda. Namun, orang yang beriman pasti memiliki ketenangan hati yang sempurna dan orang yang yakin segala putusan berada ditangan-Nya mengatakan bahwa setiap orang memiliki jalan masing-masing. Apa yang orang lain anggap benar merupakan hak nya dan bukan hak manusia untuk merubah keyakinan orang lain melainkan atas petunjuk-Nya kepada hati seseorangyang membuatnya membuka hati.
Semoga saja kedepannya tolerasndi antar umat beragama dapat berlangsung di negeri ku ini. Karena penulis yakin negeri ini merupakan negeri atas dasar rahmat yang maha kuasa dengan berbagai makhluk dengan berbagai keyakinan hidup damai didamalnya